Fakta Hot Lampung
Berita Hot Lampung– Fakta menunjukkan betapa DBD sudah sebagai penyakit yang sangat lazim diderita di lingkungan lebih kurang kita dan seringkali terjadi di kurang lebih kita.
Fakta itu pula yang disampaikan sang peneliti utama Eliminate Dengue Project (EDP) Yogya, Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Prof. Adi Utarini. Berbeda apabila ditanyakan hal yg sama buat penyakit malaria, TBC atau infeksi HIV AIDS.
Dia menyayangkan penyakit yang “merakyat” ini justru termasuk dalam kategori penyakit terabaikan. Tetapi, beliau berharap poly pada momentum ASEAN Dengue Day (ADD) yg diperingati tiap tanggal 15 Juni. Harapannya momentum ini sanggup menaikkan perhatian seluruh pihak sinkron dengan tema peringatan ADD yang disepakati tahun ini yaitu “United Fight Against Dengue”.
Prof. Adi menyebutkan penelitian yg beliau pimpin tengah memasuki babak akhir. Penelitian pengendalian DBD menggunakan bakteri alami Wolbachia ini telah dilaksanakan sejak 2011. “Wolbachia merupakan bakteri alami yang masih ada pada sebagian akbar serangga di sekitar kita. Ia terbukti sanggup menghambat virus DBD di pada tubuh nyamuk Aedes aegypti,” kentara pakar di bidang kesehatan rakyat ini.
Penelitian ini dilaksanakan sang Pusat Kedokteran Tropis, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan didanai oleh Yayasan Tahija.
Terkait teknologi yg dipakai pada penelitian ini, ahli serangga EDP Yogya, Warsito Tantowijoyo mengungkapkan bahwa teknologi yg dipakai terbukti kondusif. “Kajian analisis risiko yang telah dilakukan sang tim independen menerangkan bahwa risikonya dapat diabaikan (negligible risk),” kentara Warsito, dalam siaran persnya, Jumat (16/06/2017).
Menurut dia, tidak heran apabila penelitian ini mendapat respons berdasarkan tokoh-tokoh penting misalnya Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Kemenristek Dikti & Direktur WHO-TDR. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui gerombolan penasihat pengendalian vektor (VCAG) menaruh rekomendasi supaya EDP Yogya melanjutkan penelitian pada skala lebih luas buat memperoleh bukti epidemiologis.
Rekomendasi itu sudah dilaksanakan sang EDP Yogya. EDP Yogya telah sudah meletakkan 5.000-an ember pada peletakan tahap ke 2 semenjak Maret kemudian. Sedangkan dalam Bulan Mei timnya telah menghentikan peletakan 2.000-an ember tahap pertama. “Ember-ember itu berisi telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia yang siap menetas & tumbuh dewasa,” jelas Warsito.
Selanjutnya nyamuk yang terbukti kondusif dari virus DBD ini akan keluar menurut ember & kawin dengan nyamuk setempat yg nir ber-Wolbachia. Nyamuk Aedes aegypti jantan yg ber-Wolbachia waktu kawin dengan nyamuk lain maka telurnya akan "gabuk" alias tidak akan menetas. Sedangkan nyamuk Aedes aegypti betina yang ber-Wolbachia yang kawin menggunakan nyamuk Aedes aegypti lokal akan membentuk keturunan yg telah ber-Wolbachia.
Hasil pemantauan persentase Wolbachia sangat menggembirakan. “Persentase Wolbachia di wilayah peletakan tahap pertama sangat tinggi,” kentara Warsito.
Ia menambahkan bahwa Wolbachia akan bertahan secara berkesinambungan pada wilayah tersebut meski timnya telah menghentikan peletakan ember. Dukungan warga & pemangku kepentingan membuatnya optimis penelitian ini akan berhasil. Menurutnya, dukungan tadi diberikan karena teknologi ini nir mengubah norma masyarakat dan dapat disinergikan menggunakan metode pengendalian lain yang sudah lebih dahulu dijalankan.
Sejalan dengan hal tadi, Kepala Dinas Kesehatan DIY, drg. Pembayun Setyaning Astutie, M.Kes. mengungkapkan bahwa DBDmerupakan satu menurut tiga permasalahan kesehatan yg sebagai penekanan penanganan jajarannya. “Karenanya, aku sangat mendukung penelitian ini.”
Ia mengungkapkan kasus DBD yang masih tinggi pada DIY, mencapai 6.241 masalah sepanjang tahun 2016. “Itu artinya terdapat 172 perkara di tiap 100.000 jiwa penduduk,” kentara Pembayun.
Koordinator Media dan Komunikasi EDP Yogya, Bekti Andari mengungkapkan bahwa koordinasi dengan pemerintah dilakukan secara intens. “Koordinasi menggunakan stakeholder terjalin dengan baik hingga level nasional.”
Dia menambahkan bahwa pihaknya tengah melakukan penjajakan buat divestasi Wolbachia dalam skala lebih luas. Penjajakan tersebut dimulai semenjak kunjungan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X ke insektarium EDP Yogya Februari kemudian.
Dalam rangka ADD tahun ini pihaknya bekerja sama dengan pemkot Yogyakarta & Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia berharap momentum ini nir berhenti sebatas perayaan belaka, namun kewaspadaan seluruh pihak akan bahaya DBD meningkat sehingga DBDtak lagi sebagai penyakit yg terabaikan. “Kami akan sampaikan pesan kewaspadaan DBD melalui berbagai media,” kentara Bekti